Langsung ke konten utama

Cerita Fabel Yang Menginspirasi


pixabay.com / pexels
Semua orang termasuk saya, saat kecil suka dongeng fabel. Cerita fabel membuat anak-anak mengembangkan imajinasi mereka, selain itu kalau kita ingin  menyisipkan kisah-kisah yang menginspirasi atau kisah-kisah teladan biasanya disisipkan dalam dongeng-dongeng pengantar tidur anak-anak. Dan percaya atau tidak kondisi anak yang sedang dalam proses menjelang tidur merekam dua kali lebih baik dari kalimat-kalimat yang keluar dari orang tua daripada saat mereka segar bugar. Jadi, buat kamu orang tua jangan kehilangan momen berharga ini, berikan dongeng-dongeng terbaik untuk putra-puteri Anda ya.. :)


Anyway.. Ada satu kisah fabel yang saya suka banget. Yang saya akan tulis kali ini tentang cerita fabel yang menginspirasi untuk saya pribadi. Saya sendiri mengambil pelajaran penting tentang ‘sudut pandang’ dari kisah ini. Ceritanya begini..
 
Alkisah ada  seorang petani yang menemukan telur burung rajawali di sawah, nggak diketahui kok bisa telur Rajawali di sawah.. hehe. Tapi akhirnya telur itu dibawanya pulang, kemudian  diletakkannya telur  tersebut  di tempat  telur-telur ayam miliknya sehingga  dierami pula oleh sang  induk ayam. Selama beberapa waktu maka ketika telur-telur ayam tersebut menetas, ikut pula telur rajawali ini menetas.  Meskipun badan dan sayap-sayapnya berbeda dengan saudara-saudaranya, sang induk ayam tidak pernah membedakan  ‘anak aneh’ ini dari saudara-saudara lainnya.  Hari demi hari ‘anak aneh’ ini tumbuh besar bersama saudara-saudaranya dan semakin beda postur tubuh dan sayap rajawali ini dengan saudara-saudara lainnya, tetapi dia tetap merasa bahwa dia bagian dari keluarga yang sama, yaitu.. keluarga ayam.

Terbayangkan, bagaimana anehnya anak Rajawali ikut berjalan bersama kawanan anak-anak ayam. Dia mengikuti semua polah layaknya seperti saudara-saudaranya, mengais-ngais dan mematuk-matuk seperti halnya seekor ayam.

Suatu hari saat anak-anak ayam bermain di luar, dia melihat burung yang gagah perkasa terbang di angkasa – burung rajawali, dia bertanya ke saudara-saudara ayamnya,
“Kak.. makhluk apakah gerangan yang ada di atas sana?” Sambil menatap burung gagah yang terbang dengan kepakan sayap yang besar membelah angkasa.
Sang kakak Ayam menjawab “Itu makhluk  langit dik,–burung rajawali–. Makhluk yang beda dengan dengan kita-kita makhluk bumi ini yaitu keluarga ayam..”
“Dia keren banget ya kak!” Sambil pandangan kagumnya tidak lepas dari burung Rajawali itu.
Begitulah, hari demi hari hidup bersama saudara-saudara keluarga ayam, semakin jauh perbedaan adik bungsu ini,  sampai suatu hari saudara-saudara Ayam sadar bahwa adiknya memang sangat berbeda secara fisik dengan mereka. Badannya bongsor, paruhnya besar melengkung kebawah, cakarnya garang dan dadanya bidang. Mereka mengakui saudaranya itu lebih keren dengan mereka-mereka.
Saat mereka bermain di luar, mulailah pengamatan saudara-saudara ayam terhadap saudara yang secara fisik berbeda ini. Mereka melihat ke saudaranya kemudian mereka melihat ke burung yang gagah perkasa yang terbang di angkasa. Kemudian dilihat lagi ke saudaranya dan melihat lagi ke burung yang sedang terbang itu..
“Ng.. paruhnya sama.. Cakarnya sama..” kata salah satu saudara ayam takjub..
“Kagak salah lagi ni, die emang mahluk langit itu.. Gile bener!!” kata saudaranya yang lain.
Maka saudara-saudara Ayam sadar bahwa saudaranya yang terlihat berbeda sejak menetas bersama itu tidak lain adalah seekor burung rajawali  seperti yang biasa mereka lihat gagah perkasa di langit sana.
Para saudara Ayam ini mencoba meyakinkan saudara ‘aneh’nya bahwa dia sesungguhnya adalah rajawali makhluk langit yang gagah perkasa dan disuruhnya pula saudaranya itu untuk terbang ke angkasa,  tetapi karena dia seumur-umur hidup bersama saudaranya bangsa ayam – dia nggak bisa terbang.  Bahkan meskipun memiliki postur tubuh dan sayap yang berbeda, sang adik juga tidak merasa bahwa dirinya adalah rajawali – dia merasa bahwa dirinya adalah seekor ayam.
Dengan segala upaya saudara-saudara Ayam meyakinkan saudara ‘aneh’nya bahwa dirinya adalah rajawali yang seharusnya bebas terbang dengan perkasa mengarungi angkasa. Tetep saja, dia tetap tidak bisa terbang – dia tetap merasa bahwa dirinya ayam dan dia puas untuk hidup bersama keluarga ayam yang dikenalnya sejak dia menetas.
Para saudara-saudara Ayam tidak menyerah untuk membantu saudara ‘aneh’ untuk menemukan takdirnya sebagai burung rajawali. Beruntung akhirnya salah seekor saudara ayam memiliki ide cemerlang agak nekat. Merekapun menyusun rencana. Sampai pada suatu hari saudara-saudara ayam mengajak saudara ‘aneh’nya itu untuk berjalan mendaki gunung yang tinggi sampai menemukan tebing yang curam.  Setelah mendapat restu dari induk ayam, mereka berjalan keluar mengendap-endap sebelum matahari terbit dan berjalan satu persatu keluar dari peternakan petani demi saudara ‘aneh’nya itu untuk menemukan jatidirinya. Setelah perjalanan panjang dan melelahkan sampailah mereka di tebing curam yang tinggi. Lalu dibujuknya pula saudara ‘aneh’nya itu untuk melongokkan kepalanya dan melihat keindahan lembah dibawah sana, sambil agak takut-takut dan tanpa kecurigaan terhadap saudara-saudara ayamnya itu, dia pun melongokkan kepalanya  dan dalam posisi inilah saudara ‘aneh’ itu didorong bersama saudara-saudara ayam ke arah tebing yang sangat tinggi dan curam tersebut.
“Maa..mm..iiiii...hhh…!! @#(*$#(*@#..!!” Saudara ‘aneh itu menjerit kaget, jatuh dan badannya meluncur deras jatuh ke bawah dari tepi tebing..
Setelah beberapa detik keadaan yang menegangkan, apa yang terjadi?  Ternyata saudara ‘aneh’ itu dengan gerak refleksnya bisa mengepak sayapnya.. dan secara berangsur-angsur dia mulai mempertahankan keseimbangannya dan langsung terbang tinggi sebagai burung rajawali yang gagah perkasa, yang selama ini  dia hanya salah paham mengira bahwa dirinya  adalah ayam !.
“Wuiihh.. gile, dia berhasil guys!” Kata Seekor ayam yang jorokin saudara ‘aneh’nya duluan.
 
“Tuh kan, ape gue bilang..!” kata seekor ayam yang lain kegirangan.
*  *  *


Beberapa spot dalam cerita yang sebenarnya memang saya rubah sih, hehe.. terus apa hikmah dalam fabel di atas? Ternyata ada banyak diantara kita  yang sebenernya memiliki potensi untuk berkarya dalam berbagai bidang, namun karena kita  salah paham persepsi  terhadap potensi yang kita miliki sendiri, pada akhirnya mengecilkan potensi kita. Selain itu sering kita juga salah memilih lingkungan bergaul atau lingkungan tempat kita bekerja – kita  jadi nggak bisa secara optimal mengaktualisasikan potensi dasar kita tersebut. Contoh lingkungan yang baik dalam fabel di atas adalah betapa beruntungnya anak rajawali itu, dia lahir.. eh.. menetas dalam lingkungan keluarga yang baik, punya saudara-saudara Ayam yang care sama dia. Coba kalo nggak, mungkin anak rajawali itu akan sampe tua hidup sebagai ayam. Jadi jomblo atau berakhir jadi fried Chicken.. hehe
Lingkungan yang positif akan membantu kamu lebih mudah menjadi orang yang sukses. Lingkungan negatif akan membuat potensi kamu tertahan dan bila itu dibiarkan terlalu lamua.. maka potensimu akan hilang. Trus bagaimana kalau kamu nggak menemukan lingkungan positif? Ya.. kalau nggak ada tempat yang baik, maka akan lebih baik kalo kamu hijrah, pergi ketempat yang lebiha baik dari lingkungan yang justru menghambat potensimu.

 Dalam bidang usaha dan bisnis misalnya, udah banyak buku tentang wira usaha kita baca, berbagai pelatihan motivasi juga  sudah beberapa kali kita  ikuti;  tetapi kita tidak kunjung bisa ‘terbang’ dan tetap berpuas diri berada dalam keluarga pegawai. Sampai-sampai kita-pun seperti rajawali yang salah paham, mengira bahwa ‘makhluk langit’ – para pengusaha-  itu bukanlah  kita. 
Yang lebih ekstrim dan gila lagi, kita juga mengira bahwa yang bisa mengolah segala sumber kekayaan alam yang melimpah negeri kita ini adalah bangsa lain, bukan bangsa kita.  Yang punya tambang minyak, tambang emas, hutan industri, memproduksi daging yang cukup, mengambil ikan di laut yang luas, dan lain sebagainya adalah bangsa lain dan itu bukan bangsa kita. Coba, parah banget ya.. Kita ini emang kebangetan..
Jadi kalaulah sebuah motivasi tidak cukup membuat kita menjadi rajawali yang bisa terbang membelah angkasa, bisa jadi satu-satunya jalan hanya dengan kita sendiri yang menciptakan situasi yang memaksa kita untuk mengeluarkan seluruh potensi yang sesungguhnya ada pada diri kita ini. Ayo tantang dirimu sendiri..!
 Wa Allahu A’lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wisata Jogja - Taman Sari Yogyakarta (bagian 1)

Kalau kamu lagi liburan ke Yogyakarta, saya reverensikan tempat wisata yang satu ini. Dulu jaman saya kuliah di yogya sekitar taun ‘96 saya sendiri gak minat main ke sini. Selain karena kiriman bulanan ortu yang mepet, persepsi saya tentang tempat ini gak bikin saya tertarik. Persepsi saya waktu itu Taman Sari hanya bangunan kuno dan reruntuhan bangunan jadul . Tapi walau kondisi waktu itu belum dipugar, saya akui tempatnya lumayan eksotik untuk jadi lokasi pemotretan atau shooting . Akhirnya saya pun berkesempatan ke sana juga, itu pun karena ada tugas fotografi dari kampus.. :p Nah sekarang tempat ini sudah di pugar , kita bukan cuma disuguhi kompleks bangunan kuno dengan beragam kisah-kisah dibaliknya, tetapi kita jadi punya gambaran jelas bagaimana kondisi Taman Sari Yogyakarta saat masih di pakai oleh Sri Sultan dan keluarga keraton dimasa lampau. Asik kan?..  Kampung Cyber Waktu saya berkunjung beberapa waktu lalu, saya melihat perbedaan yang sangat mencolok

Wisata Jogja - Taman Sari Yogyakarta (bagian 2)

Setelah tulisan ini beberapa minggu mangkrak karena saya sibuk dengan berbagai aktifitas, akhirnya saya ada waktu untuk lanjutkan tulisan reportasi saya tentang taman sari Yogyakarta. Gapura Panggung Saat kita masuk di kompleks ini, kita akan ketemu gapura yang namanya Gapura Panggung. Gapura ini terdapat ukiran dan terdapat tangga untuk naik ke atas. Dulunya dari tempat ketinggian ini sultan memantau masyarakat dalam keraton dan menyaksikan tarian selamat datang. Dibawahnya ada empat bangunan yang berdiri berdampingan, nama empat bangunan ini adalah Gedong Sekawan yang artinya bangunan empat. Dulunya gedong sekawan ini dipakai oleh para pengawal sultan beristirahat, mereka duduk-duduk sambil tetap bersiaga menjaga keamanan sultan. Masing-masing bangunan berbentuk persegi panjang yang berukuran 5,5 x 6,5 meter dengan tinggi keseluruhan 5 meter. Inilah view saat berada di atas Gapura Panggung, bangunan dibawahnya itu adalah Gedong Sekawan Umbul Binangun Y

6 Dukungan Bagi Pebisnis Start Up

pixabay.com / RyanMcGuire Kemarin beres-beres meja kerja, gak sengaja menemukan catetan saat pertama kalinya saya mengikuti seminar bisnis. Waktu itu kalo nggak salah taun 2007, saat itu saya jenuh dengan pekerjaan rutin, butuh tantangan baru dan butuh pemasukan sampingan. Maka saat ada kawan menginformasikan tentang seminar “Pejuang Wira Usaha” yang menjadi trainer pada acara itu mas Rosyid Aziz . Saat ini beliau fokus di developer properti syariah, saya ikutan daftar deh.