pixabay.com / RyanMcGuire |
Ada satu
pembahasan yang menarik buat saya saat di kelas ‘Business
Mastery’ yang masih saya inget banget tentang enam faktor pendukung bagi
pebisnis startup. Yang bila dukungan enam
faktor ini bisa dihadirkan dalam bisnis, maka bisnis startup kita InshaAllah bisa
berjalan mulus, apalagi kalau kita bisa menjaga enam faktor pendukung ini dalam
waktu lama, InshaAllah bisnis bisa langgeng
berkelanjutan.
Apa aja enam
dukungan itu? Yuk kita bahas satu persatu..
1. Dukungan Keluarga.
Ini hal yang
paling mendasar dari segalanya, pastikan saat kita ingin memulai bisnis,
keluarga kita mendukung full 100%.
Minimal keluarga terkecil kita. Untuk kamu yang udah nikah, pastikan pasangan
dan anak-anak kita mendukung upaya kita berbisnis. Kalo kamu yang masih single, dukungannya bisa kamu minta ke orang
tua, kakak atau adik. Komunikasikan dengan baik rencana-rencana kita kepada
mereka.
Kenapa
dukungan mereka penting untuk bisnis kita? Karena kalau mereka tidak mendukung, maka mereka hanya akan menjadi hambatan paling besar saat
memulai bisnis! Kok bisa?. Saya kasih contoh ya..
misalnya, istri complain berat kenapa
kamu sering pulang malam.. atau anak-anak kamu complain udah nggak ada waktu untuk main bersama.. atau kakak-adik
kita yang sudah menaruh harapan besar dengan bisnis startup kita, sehingga mereka dikit-dikit minta traktiran atau
lainnya.. Aduuh.. kalo yang begini sih cape
deeh.. Namanya juga bisnis startup nggak rugi saja sudah bagus.. hehe.
2. Dukungan Mitra Bisnis
Setelah
mendapat dukungan keluarga, dukungan yang kedua pastikan kita punya mitra
bisnis yang memang kompeten dan bisa diajak untuk berkembang bersama. Mitra
disini memiliki banyak arti. Kalau usaha kita modalnya patungan, maka para
pemodal lainnya itu bisa dibilang mitra kita. Atau kalau kita pakai modal
sendiri kemudian kita menggaji karyawan, nah.. karyawan disini bisa berarti
mitra kita. Mungkin bisa lebih singkatnya mereka adalah Tim Bisnis kita.
Kebanyakan
para pengusaha mengambil mitra mereka dari kalangan terdekat, seperti saudara,
Kakak atau adik, sahabat karib atau teman lama. Meski demikian, nggak gampang lho memilih orang untuk
jadi mitra usaha. Salah-salah bisa bikin bisnis start up kita hancur berkeping-keping, menyisakan kerugian dan berujung
permusuhan dengan mantan mitra kita itu. Tapi banyak juga berujung langgeng,
manis bahkan mereka jadi saudara besan, seperti bapak Jamil Azzaini dari KubikLeadership.
Kunci
keberhasilan mereka menurut saya karena mereka memiliki komitmen yang sama,
tujuan yang sama. Di tambah kesepakatan yang diikat dengan surat perjanjian. Jadi
dengan terikat dengan surat perjanjian bila satu saat terjadi perselisihan, masing-masing
pihak paham apa yang harus di lakukan, jadi nggak
merasa menang sendiri.
3. Dukungan Suplier
Ceritanya,
kita udah dapat dukungan dari
keluarga dan dukungan penuh dari tim kita, maka dukungan ketiga adalah dukungan
dari pihak yang mensuplay barang atau jasa yang kita jual.
Contoh sederhananya begini.. kalau
kita menjualkan produksi dari orang lain. Pastikan mutu mereka tetap terjaga.
Jangan pernah mengambil barang/jasa dari pihak yang mutunya kadang naik dan
kadang turun.. wah enggak banget deh. Kalau kamu berencana bisnis dibidang kuliner,
habis sudah. Walaupun kita dapat harga bagus, tapi percaya deh kalo kualitas
naik turun begitu, bisnis kita nggak akan jalan bagus. Mutu supplier yang nggak
stabil akan berdampak di bisnis kamu dan hasil akhirnya pembeli menjauh.
Saya pernah beberapa kali mengalami hal
ini. Salah satunya waktu saya jualan kripik bawang di kantor. Istri saya punya
teman yang bisa membuat kripik bawang yang enak. Rasanya dilidah pas, nggak
berminyak, enggak berpengawet dan renyahnya pas. Bukan cuma rasanya enak tetapi
tampilannya juga cantik. Kalau keripik bawang itu rata-rata berwarna
kecoklatan, maka keripik bawang buatan teman
istri saya itu berwana putih pucat dengan irisan daun bawang yang masih
terlihat jelas, gemesin deh pokoknya.
Teman istri saya ini kalo jualin
kripiknya kiloan dengan minimum order 4 kilo kalau saya pemesan Cuma saya
sendiri, tapi kalo keroyokan saya bisa beli Cuma 1 kilo. Dari situ saya
terlintas untuk membungkus ulang dalam satuan yang lebih kecil. Dan dari 1 kilo
bisa dipecah jadi 5 bungkus layak jual. Maka saya bawa keripik satu kilo ke
kantor dan saya bagikan secara Cuma-cuma sebagai tester ke teman kantor satu
hall yang isinya belasan orang. Hasilnya mereka suka keripik yang saya bawa. Dua
hari kemudian saya bawa lagi keripik yang sudah saya pecah dalam 10 bungkus rapi
yang lebih kecil. Hasilnya 10 keripik ludes sebelum jam pulang.. waw pasarnya
bagus, begitu pikir saya.
Saya pun membeli alat perekat
listrik untuk membungkus lebih rapi dan kali ini saya kasih brand seadanya. Keesokan
harinya saya bawa 10 bungkus lagi yang
kali ini lebih rapi dan hasilnya 10 bungkus habis sebelum makan siang, padahal
harga saya naikkan dari harga di awal saya jual kemarin. Teman-teman satu hall
yang nggak kebagian minta saya bawakan keripik lebih banyak. Akhirnya setiap
hari saya bawa 15-20 bungkus perhari, dalam sebulan saya membeli antara 12
sampai 15 kilo ke teman istri itu, hal ini terus berjalan selama beberapa
bulan. Pembelinya pun bukan cuma dari Hall saya tetapi sampai Hall lain dan
saya membuka reseler dengan system bagi hasil.. saya sudah BEP dalam waktu
kurang dari satu bulan pada waktu itu. Alhamdulillah..
Sampai pada satu ketika, reseler
saya cerita di complain pembeli karena keripiknya lebih keras dari biasanya..
Nahlo.. kok bisa ya? Saya nepok jidat. Sisa keripik di hari itu saya bagikan
gratis ke teman-teman di Hall saya, mereka sih menerima dengan hapy aja. Malamnya
saya konfirmasi ke teman istri saya pembuat keripik itu. Berdua istri saya
mendatangi kerumahnya. Dari penjelasannya, ternyata dia mencoba mengganti jenis
tepung dan kualitas minyak yang biasa dia pakai, alasannya karena lebih murah.
Karena pada waktu itu harga sembako sempat naik. Diapun juga tidak menyangka
kalau ternyata berdampak pada kerenyahan keripik. Waktu saya minta dia untuk
menaikkan harga jual dengan kembali memakai kualitas bahan baku yang lama, dia
menolak. Alasannya karena harganya akan jadi lebih mahal. Saya coba jelaskan
menaikkan harga lebih mahal nggak masalah, karena saya yang akan mengatur itu.
Tapi dia menolak. Sempat terpikir saya yang memodali produksinya setelah
dihitung tabungan saya nggak cukup, effort
nya terlalu besar untuk sebuah produksi keripik. Akhirnya dengan berat hati
saya sampaikan bahwa saya tidak bisa menjual keripik dengan kualitas yang turun
itu, Pasar saya sudah terbiasa dengan rasa sebelumnya. Akhirnya kerjasama kami
berakhir..
Begitulah bisnis, saat kita sangat bergantung
dengan kualitas supplier maka sebisa mungkin kita jalin komunikasi yang baik.
Pilih supplier yang win-win solution saat ada masalah kualitas produksi. Itulah
kenapa perusahaan-perusahaan kuliner yang besar mereka selalu menjaga kualitas supplier
mereka, bahkan mereka nggak segan-segan untuk melakukan somasi pada supplier yang
menurunkan kualitas mereka. Dan itu tertuang dalam surat perjanjian mereka.
Jadi jangan
salah pilih Suplier ya..
4. Dukungan Komunitas
Saat bisnis
sudah berjalan, kita perlu komunitas bisnis. Komunitas ini spesifik banget
pesertanya, hanya berisi orang-orang yang bergelut dalam dunia bisnis. Contoh
dari komunitas jenis ini yang saya kenal adalah komunitas TDA (Tangan Di Atas),
Komunitas MTR (Masyarakat Tanpa Riba) dan lain-lain.
Komunitas
ini punya jadwal pertemuan rutin secara berkala dan biasanya setiap pertemuan,
mereka punya satu tema diskusi bahasan yang
berkaitan dengan bisnis. Mulai diskusi ringan sampai diskusi berat, kadang juga
mereka ngadain seminar kalangan terbatas yang pesertanya dibatasi Cuma 10 orang
sampai workshop dan pelatihan segala dengan peserta kelompok. Pelatihan
bisnisnya ada yang berbayar dan ada yang gratis. jadi kita akan banyak mendapatkan informasi
dan ilmu bisnis yang bergizi tinggi lewat komunitas seperti ini. Hehe..
Tenang aja,
walaupun bisnis kamu masih start up, nggak usah minder. Para
peserta lainpun yang terdiri dari pengusaha berbagai level, mulai dari level start
up seperti kamu sampai level kakap. Biasanya pengusaha kakap atau lebih
senior yang biasanya menjadi mentor untuk para pengusaha pemula. Ada juga
kalangan yang setengah pengusaha, setengah karyawan. Kalangan yang
setengah-setengah ini masuk kategori ‘Amphibi’, karena hidup di dua alam. Alam
pengusaha dan alam karyawan. Hahaha.. bisa aja.
So temukan
komunitas itu di kotamu ya, mereka biasanya punya chapter di daerah-daerah kok.
5. Dukungan Guru Spiritual
Serius, Guru
Spiritual ternyata masuk dalam faktor pendukung. Manusia itu diciptakan Allah
memang memiliki naluri mencari ‘sosok’ untuk diagungkan dan dituhankan (Gharizatul Tadayun). Banyak yang salah jalan
tentang peran dukungan Guru spiritual disini. Pengusaha yang jauh dari Tuhan
akan mencari dukungan dari para dukun, guru supranatural atau yang sejenisnya
untuk membuat usaha mereka meningkat. Pada akhirnya mereka tergelincir dalam ke-Syirikan.
Saya sebagai
muslim meyakini dalam bisnis konsep ‘rizki sudah ada yang mengatur’. Sudah
sangat jelas bahwa hanya Allah akan menjamin setiap rizki mahluknya. Untuk itu
peran guru spiritual disini adalah untuk tempat kita bertanya tentang Halal dan
Haram, Aqad Batil dan Aqad Syar’i. Karena dalam kondisi seperti sekarang ini ada
banyak aqad-aqad yang terlihat nggak ada masalah tapi ternyata Aqadnya Batil. Kok bisa ya? Iyalah,
karena sekarang jamannya makin canggih yang tidak terjadi di era Rasulullah dan
sahabat. Tapi ada kaidah-kaidah yang menuntun kita untuk tetap bisa berbisnis
dengan berpegang prinsip Islam. Karena buat saya bisnis itu tentang Surga atau
Neraka.
Jadi
bagaimana memilih ‘guru spiritual’ yang tepat? Mudahnya, cari mereka dalam kajian-kajian
ilmu Fiqih Muamalah, karena bisnis termasuk dalam kajian Fikih Muamalah. Kenapa
hanya di kajian Fiqih Muamalah? Karena nggak banyak ustadz yang faham tentang
Fikih Muamalah ini. Kalau kamu nggak menemukan dikota kamu, InsyaAllah saya
bisa bantu mencarikannya.
6. Dukungan Coach Business
Mungkin
sebagian kita ada yang asing dengan istilah Coach
Business ya. Coach itu artinya Pelatih. Jadi kalau biasanya pelatih / Coach di bidang olahraga, tetapi kalau Pelatih di sini adalah Pelatih dalam
bidang Bisnis. Masih agak bingung dengan Pelatih yang di bayar untuk bisnis?
Logika sederhananya begini.. Kamu tau atlet pelari kan..? Pastinya akan berbeda kalau atlet nya untuk lomba tingkat RT dengan atlet sekaliber nasional ataupun sekaliber Olympiade. Iyak, kalo atlet untuk lomba saat 17 agustusan nggak perlu pelatih. Tapi kalau level nya atlet lari Seagames atau Olympiade, mereka punya Pelatih (Coach).
Fungsi pelatih di sini untuk menggali potensi terbaik kita dalam bidang yang memang butuh dilatih. Pelatih akan mengatur jadwal, memberi nasehat dan yang paling penting adalah memberikan motivasi. Tidak hanya bidang olahraga, ternyata bisnis butuh motivasi. Apakah cuma itu? menurut saya iya. Karena ternyata profesi Coach Business itu berbeda dengan Motivator, Trainer, Mentor ataupun Konsultan..
Menurut saya Coach itu lebih khas, lebih sexy. Coach hanya memberi pancingan-pancingan pertanyaan kepada Coachy (sebutan seseorang yang menjadi klien Coach business), kalaupun mentok, Coach akan memberikan Clue kepada Coachy supaya pada akhirnya Coachy memiliki pendapat dan pandangannya sendiri dalam mengatasi permasalahan bisnisnya.
Logika sederhananya begini.. Kamu tau atlet pelari kan..? Pastinya akan berbeda kalau atlet nya untuk lomba tingkat RT dengan atlet sekaliber nasional ataupun sekaliber Olympiade. Iyak, kalo atlet untuk lomba saat 17 agustusan nggak perlu pelatih. Tapi kalau level nya atlet lari Seagames atau Olympiade, mereka punya Pelatih (Coach).
Fungsi pelatih di sini untuk menggali potensi terbaik kita dalam bidang yang memang butuh dilatih. Pelatih akan mengatur jadwal, memberi nasehat dan yang paling penting adalah memberikan motivasi. Tidak hanya bidang olahraga, ternyata bisnis butuh motivasi. Apakah cuma itu? menurut saya iya. Karena ternyata profesi Coach Business itu berbeda dengan Motivator, Trainer, Mentor ataupun Konsultan..
Menurut saya Coach itu lebih khas, lebih sexy. Coach hanya memberi pancingan-pancingan pertanyaan kepada Coachy (sebutan seseorang yang menjadi klien Coach business), kalaupun mentok, Coach akan memberikan Clue kepada Coachy supaya pada akhirnya Coachy memiliki pendapat dan pandangannya sendiri dalam mengatasi permasalahan bisnisnya.
Jadi begitulah..
Saat omset bisnis kamu mencapai puluhan juta pengen naik jadi ratusan juta dan
pengen nembus lagi menjadi milyaran, kamu butuh Coach Business.
Apakah bisnis kita harus mencapai sebesar itu untuk memakai jasa Coach ?
Jawabannya iya, karena jasa mereka cukup mahal.. tapi efeknya juga sebanding
kok. Saat ini lumayan banyak perusahaan-perusahaan yang membuka jasa Coach
Business ini. Biasanya mereka sudah pernah menjalankan bisnis atau masih
memiliki bisnis. Dan mereka masing-masing punya pendekatan berbeda terhadap
klien mereka. Pokoknya mereka akan jadi sahabat dibidang bisnis untuk
melejitkan potensi terbaik bisnis kamu.
Well, segini dulu Sharing saya tentang 6 Dukungan Bagi Pebisnis Start Up. Semoga bisa menjadi tambahan wawasan dan pengetahuan kamu sebelum memulai bisnis. Atau kalaupun kamu sudah memulai tetapi ada hambatan-hambatan seperti di atas, kamu jadi tau bagaimana mengatasinya dan bersiap mengatasi hal-hal yang berpotensi menjadi hambatan bisnis kamu. Kalo menurut kamu ada tambahan lagi, atau mau sharing kasih tau saya di kolom komentar ya..
Well, segini dulu Sharing saya tentang 6 Dukungan Bagi Pebisnis Start Up. Semoga bisa menjadi tambahan wawasan dan pengetahuan kamu sebelum memulai bisnis. Atau kalaupun kamu sudah memulai tetapi ada hambatan-hambatan seperti di atas, kamu jadi tau bagaimana mengatasinya dan bersiap mengatasi hal-hal yang berpotensi menjadi hambatan bisnis kamu. Kalo menurut kamu ada tambahan lagi, atau mau sharing kasih tau saya di kolom komentar ya..
Komentar
Posting Komentar