Langsung ke konten utama

Menulis Untuk Ungkapan Hati dan Jiwa

Ada ungkapan menulis itu untuk mengikat ilmu, ada banyak ide di kepala saya yang pada akhirnya menguap tanpa sempat tertulis dengan baik.. Huff..

Kalo di tanya tujuan menulis.. Sejauh ini tujuan saya menulis so simple, hanya untuk konsumsi pribadi aja di buku diary yang saya beli 8 bulan yang lalu..  Alhamdulillah mulai konsisten menulis. Tapi isinya sentimentil banget :) Berisi kerinduan saya kepada Istri dan Putri saya, tentang puisi untuk istri saat saya lagi tugas jauh darinya.. Dan kayaknya agak lebay juga kalo di pajang di Blog ya.. hehe..


Kadang saya menulis di Diary sifatnya nasihat ringan untuk putri saya.. kenapa saya tuliskan, karena saat ketemu beda lagi momentnya. Udah gak pas lagi untuk menasehati, masak iya lagi jalan pagi kok isi obrolannya nasehat.. hahaha.. bisa-bisa manyun yang dinasehati, masuk telinga kanan, keluar telinga kiri.

Atau yang paling seru saya menulis menceritakan pengalaman yang lucu di perjalanan.. Dan menuangkan kelucuan dan emosi lewat tulisan memang gak mudah lho.. kalo yang nggak biasa nulis pada akhirnya hasil tulisannya datar aja.. Dan yang parahnya itu kalo yang baca nggak paham kelucuan yang mau disampaikan penulisnya.. :D Makanya saya lumayan nge-fans sama Hilman yang waktu jaman saya abege lewat tulisannya di novel remaja Lupus yang terkenal di zamannya..Hilman berhasil membuat adegan-adegan kelucuan dengan sangat baik ditiap halamannya..

Akhirnya saya beranikan diri untuk menulis di blog. Temanya apa, mungkin bersifat prosesionalisme di karir saya sebagai desainer gravis yang "diminta" banting setir bidang manajemen (haha), tentang cerita apa yang saya lihat, saya dengar dan saya rasakan.. Semoga bisa tetep terus menulis dan menuangkan apa yang ada di kepala saya.. dan yang paling penting kalau ada hikmah pelajaran bisa dimanfaatkan, tapi kalo nggak ada manfaat di delete aja..


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wisata Jogja - Taman Sari Yogyakarta (bagian 1)

Kalau kamu lagi liburan ke Yogyakarta, saya reverensikan tempat wisata yang satu ini. Dulu jaman saya kuliah di yogya sekitar taun ‘96 saya sendiri gak minat main ke sini. Selain karena kiriman bulanan ortu yang mepet, persepsi saya tentang tempat ini gak bikin saya tertarik. Persepsi saya waktu itu Taman Sari hanya bangunan kuno dan reruntuhan bangunan jadul . Tapi walau kondisi waktu itu belum dipugar, saya akui tempatnya lumayan eksotik untuk jadi lokasi pemotretan atau shooting . Akhirnya saya pun berkesempatan ke sana juga, itu pun karena ada tugas fotografi dari kampus.. :p Nah sekarang tempat ini sudah di pugar , kita bukan cuma disuguhi kompleks bangunan kuno dengan beragam kisah-kisah dibaliknya, tetapi kita jadi punya gambaran jelas bagaimana kondisi Taman Sari Yogyakarta saat masih di pakai oleh Sri Sultan dan keluarga keraton dimasa lampau. Asik kan?..  Kampung Cyber Waktu saya berkunjung beberapa waktu lalu, saya melihat perbedaan yang sangat mencolok

Wisata Jogja - Taman Sari Yogyakarta (bagian 2)

Setelah tulisan ini beberapa minggu mangkrak karena saya sibuk dengan berbagai aktifitas, akhirnya saya ada waktu untuk lanjutkan tulisan reportasi saya tentang taman sari Yogyakarta. Gapura Panggung Saat kita masuk di kompleks ini, kita akan ketemu gapura yang namanya Gapura Panggung. Gapura ini terdapat ukiran dan terdapat tangga untuk naik ke atas. Dulunya dari tempat ketinggian ini sultan memantau masyarakat dalam keraton dan menyaksikan tarian selamat datang. Dibawahnya ada empat bangunan yang berdiri berdampingan, nama empat bangunan ini adalah Gedong Sekawan yang artinya bangunan empat. Dulunya gedong sekawan ini dipakai oleh para pengawal sultan beristirahat, mereka duduk-duduk sambil tetap bersiaga menjaga keamanan sultan. Masing-masing bangunan berbentuk persegi panjang yang berukuran 5,5 x 6,5 meter dengan tinggi keseluruhan 5 meter. Inilah view saat berada di atas Gapura Panggung, bangunan dibawahnya itu adalah Gedong Sekawan Umbul Binangun Y

6 Dukungan Bagi Pebisnis Start Up

pixabay.com / RyanMcGuire Kemarin beres-beres meja kerja, gak sengaja menemukan catetan saat pertama kalinya saya mengikuti seminar bisnis. Waktu itu kalo nggak salah taun 2007, saat itu saya jenuh dengan pekerjaan rutin, butuh tantangan baru dan butuh pemasukan sampingan. Maka saat ada kawan menginformasikan tentang seminar “Pejuang Wira Usaha” yang menjadi trainer pada acara itu mas Rosyid Aziz . Saat ini beliau fokus di developer properti syariah, saya ikutan daftar deh.